Graha Tristar

Graha Tristar

Halaman

Kamis, 19 November 2015

Kue Cubit

 Dosen Pastry Akpar Majapahit Laurentia Vivi: 
Berbisnis Kue Cubit, Untungnya Selangit” 

SIAPA sangka jika berbisnis kue cubit kini semakin menguntungkan. Bagaimana tidak, jika sebelumnya kue cubit –yang notabene merupakan usaha rumahan—kini telah naik kelas dari sebelumnya hanya dikonsumsi kalangan menengah bawah, sekarang semakin disuka masyarakat kelas menengah atas


Naiknya status kue cubit setelah kue itu dijajakan di café-café yang belakangan marak tumbuh bak jamur di musim penghujan. Geliat bisnis kue cubit dengan kreasi aneka toping memberi nilai tambah (added value) bagi eksistensi kue tersebut di pasaran, sehingga segmen pembelinya pun sekarang mulai bergeser ke kalangan menengah atas.

”Geliat bisnis kue cubit yang sekarang lagi booming terasa sejak setahun terakhir. Makanya kami kewalahan melayani pelatihan bikin kue cubit dengan aneka toping yang menarik dan disuka konsumen,” kata Laurentia Vivi S.Pd, dosen di kantornya, kemarin (27/8) siang.



Staf pengajar pastry reguler dan advanced pastry class di kampus Akpar Majapahit itu menuturkan, permintaan kursus bikin kue cubit dari masyarakat sudah dihelat dua kali di laboratorium pastry Akpar Majapahit, masing-masing diikuti enam peserta, semuanya perempuan. Selain itu pihaknya juga melayani pemesanan kue cubit dari konsumen yang ingin mengisi libur lebaran berbeda daripada tahun sebelumnya.

Booming kue cubit dirasakan setelah menjamurnya café-café baru di Surabaya dan sekitarnya. Keberadaan café-cafe itu tidak berjualan makanan berat tetapi makanan ringan (snack dan aneka kue termasuk kue cubit) dan minuman. Kue cubit disuka pengunjung café, selain karena bisa sekali santap juga topingnya warna warni

Di salah satu café, dalam satu pack isi 12 pieces harga kue cubit dibandrol antara Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu. Harga kue cubit terkatrol berkat kreasi topingnya dari bahan ovomaltine, silver queen, toblerone, kit kat, cream cheese, marshmallow, coklat chip, aneka selai, meses, coklat dan keju.

”Hampir semua toping kue cubit rata-rata produk impor, kecuali keju, meses, aneka selai adalah produk lokal. Makanya kue cubit dengan aneka toping menarik itu bisa diterima kalangan menengah atas yang suka nongkrong di café-café dan harganya juga ikut terkerek,” terang Vivi, sapaan karib Laurentia Vivi S.Pd.

Sebetulnya, untuk kuenya sendiri sudah diperkaya dengan rasa vanilla (rasa original kue cubit), namun pengusaha rumahan kue cubit yang memasok untuk café-café tidak puas hanya rasa vanilla, kemudian mereka meng-create dengan aneka rasa seperti rasa taro, coklat, red velvet, green tea, strawberry, orange (jeruk), oreo (oreo diblender dimasukkan adonan) dan sebagainya.

Masih menurut Chef Vivi, untuk buka usaha rumahan kue cubit modalnya tidak lebih dari Rp 150 ribuan. Modal awal sebesar itu untuk membuat kuenya sendiri sekitar Rp 50 ribuan, sedangkan beli bahan toping-nya Rp 100 ribu.

Dengan modal minimalis tersebut, Anda bisa membikin sendiri empat pack @ isi 12 kue cubit per pack-nya. Kue cubit yang sudah dikemas dalam packing, dipasarkan dengan harga Rp 75 ribu per pack.

Pemasaran selain dari mulut ke mulut atau sistem gethok tular kepada tetangga, teman atau kerabat dekat, juga bisa dijajakan via online system (internet, facebook, instagram dan media sosial yang lainnya). Jika keempat pack roti cubit laku semua, Anda akan mendapatkan hasil penjualan Rp 300 ribu. Berarti profitnya bisa tembus 100 persen (Rp 150 ribu) dari modal awal.

Nah, hitung-hitungan sederhana ini menjadi dasar bagi Anda untuk melangkah lebih lanjut dalam skala lebih besar. Tunggu apa lagi, ayo buruan membuka usaha sampingan di rumah dengan membuat kue cubit. Bisnis kue cubit, untungnya memang selangit…..! (ahn)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar