Akpar Majapahit Implementasikan Modul Baru Program Studi Culinary
Dosen Akpar Majapahit Ari Purwanto S.St Par. MM
AKPAR
Majapahit yang berkampus di Jl Jemursari 244 Surabaya, terus berkreasi
sekaligus meng-up date modul pembelajaran pada program studi kuliner
demi meningkatkan kompetensi mahasiswa menyikapi trend industri kuliner
yang berkembang pesat akhir-akhir ini.
Dosen
Akpar Majapahit Ari Purwanto S.St Par. MM mengatakan itu usai menemui
Presdir Matoa Holding Ir Juwono Saroso MM di ruang kerjanya, kemarin
(18/08/2015), sehubungan dengan diberlakukannya modul pembelajaran baru
program studi kuliner bagi mahasiswa jurusan culinary di kampus Akpar
Majapahit sejak Mei 2015 lalu.
Chef Ari Purwanto, yang
baru saja menyelesaikan studi S2 Magister Management di salah satu
perguruan tinggi ternama di Surabaya, menuturkan, semangat untuk
mengimplementasi modul baru di lingkungan kampus Akpar Majapahit setelah
pihaknya melakukan studi banding dengan lembaga perguruan tinggi,
kalangan dunia usaha dan praktisi bisnis kuliner di Surabaya.
Menurut
chef Ari Purwanto, modul baru ini merupakan penyempurnaan dari modul
standar yang sebelumnya diterapkan dosen kepada mahasiswa. Pada modul
yang lama dalam setiap kelas yang berisi 16-20 mahasiswa, dibentuk 4-5
kelompok, di mana setiap kelompok anggotanya terdiri dari 4 mahasiswa.
Setiap kelompok wajib membuat tiga macam masakan per harinya.
Kelemahannya
ada mahasiswa yang tidak kebagian jatah memasak, sehingga mereka hanya
sekadar membantu menyiapkan bahan-bahan sebelum praktik masak.Namun
tidak sedikit mahasiswa yang hanya numpang kerja temannya dalam satu
tim.
Fakta ini merupakan salah satu dasar pertimbangan
kenapa pihaknya memberlakukan modul yang baru tersebut yakni membuat
kelompok kecil terdiri dua mahasiswa, sehingga dalam satu kelas ada 8-10
kelompok kecil. Setiap kelompok kecil ditugasi membuat dua macam
masakan. Setiap masakan dikerjakan satu mahasiswa.
Ini
berarti setiap mahasiswa harus bisa bekerja sendiri tanpa bantuan teman
meskipun dalam satu tim (kelompok kecil). Mereka bertanggung jawab atas
masakannya sendiri. Setelah hasil kerjanya dinilai dosen, dua masakan
tersebut bisa dibawa pulang untuk ditunjukkan kepada orang tuanya
masing-masing. Dengan demikian, orang tua bisa memonitor hasil karya
putra putrinya selama kuliah.
Selain itu, untuk
meningkatkan kompetisi antarmahasiswa dalam satu kelas maupun
antarkelas, pihak kampus juga menerapkan battle system. Sistem ini
memungkinkan dilakukan perlombaan antarmahasiswa di internal kelas
masing-masing, juga lomba masak antarkelas yang dihelat setiap bulan.
”Battle
system ini bertujuan untuk memacu kreativitas para mahasiswa sehingga
mereka bisa selalu tampil kompetitif baik saat masih kuliah maupun
terjun di lingkungan kerjanya masing-masing,” kata chef Ari Purwanto.
Masih
menurut chef Ari, modul baru ini bertujuan meningkatkan kompetensi
mahasiswa jurusan culinary yang kelak terjun di masyarakat. Modul baru
ini sebelumnya juga sudah disosialisasikan kepada kalangan dosen di
lingkungan Akpar Majapahit.
Tak pelak lagi jika
pengimplementasi modul baru ini langsung disambut suka cita oleh owner
Akpar Majapahit Ir Juwono Saroso dan diapresiasi oleh sejumlah dosen
seperti Chef Yuda Agustian, Chef Yanuar Kadaryanto, Chef R Bagus
Handoko, Chef Boediono Koeswadi, Chef Adeline Nadia Daniel, Chef Cindra
Siendharta.
Chef Boediono Koeswadi, menilai modul
pembelajaran baru yang diterapkan kepada mahasiswa jurusan culinary
Akpar Majapahit beberapa bulan terakhir ini memberi dampak positif bagi
dosen maupun mahasiswa karena pihak lembaga (diwakili dosen) bisa
mengetahui secara pasti hasil karya dan kreativitas setiap mahasiswa.
Jika
ada mahasiswa yang kesulitan, pihaknya bisa langsung memberi
pendampingan sekaligus mencarikan solusinya. Dengan demikian kemandirian
dan keberanian mahasiswa juga tumbuh saat dia harus praktik memasak
sendiri. Kepercayaan diri mahasiswa juga meningkatkan saat dosen
menyodorkan resep masakan yang harus dipraktikkannya pada hari itu.
Selain
itu, tambah Chef Boediono, pada saat dihelat battle system, setiap
kelompok kecil yang diadu dengan kelompok lain dituntut untuk tetap
kompak alias team work-nya harus bagus dan senantiasa menjaga fair play
(persaingan sehat).
Sehingga dalam setiap
perhelatan lomba-lomba masak yang menuntut kreativitas baru dari setiap
anggota tim. Tim yang kalah dalam lomba itu kena punishment berupa
piket seperti membersihkan dapur, cuci piring (general cleaning kitchen)
selama 30 menit. ”Nah inilah serunya modul baru yang telah kami
berlakukan kepada mahasiswa jurusan Culinary Akpar Majapahit. Antusiasme
mahasiswa pun meningkat karena mereka jadi semakin termotivasi untuk
menampilkan kreasi terbaiknya,” ujar chef Boediono.
Presdir
Matoa Holding Ir Juwono Saroso MM yang juga owner Akpar Majapahit
sangat men-support setiap ide kreatif yang datang dari dosen maupun
karyawan, termasuk usulan menerapkan modul pengajaran baru kepada
mahasiswa jurusan Culinary di lingkungan Kampus Akpar Majapahit.
Konsekuensi
dari implementasi modul baru tersebut, pihak yayasan baru-baru ini
menambah jumlah kompor dan peralatan dapur yang dipakai untuk praktik
mahasiswa, juga belanja bahan untuk masak memasak juga meningkat sampai
50 persen dari sebelumnya.
”Namun penambahan
investasi peralatan dan belanja kebutuhan praktik masak memasak
mahasiswa masih tertutupi oleh kenaikan uang kuliah mahasiswa. Jadi bagi
kami nggak ada masalah senyampang semuanya itu demi kebaikan lembaga,
dosen dan mahasiswa sendiri,” pungkasnya. (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar