Chef Putri Miranti Perkenalkan Molecular Gastronomy
Diandra Caesarlita
Minggu, 5 April 2015 − 11:43 WIB
Chef
Putri Miranti menggunakan teknik Molecular Gastronomy untuk memberikan
pengalaman bagi penikmat makanan. (Sindonews/Diandra Caesarlita)
A+ A-
JAKARTA
- Dunia kuliner menuntut orang-orang yang terjun di dalamnya kreatif.
Mereka harus memiliki inovasi agar hasil masakan yang mereka buat
senantiasa baru, menarik dan tentu saja enak disantap.
Putri
Miranti telah mulai menggemari dunia masak memasak sejak dia masih
kecil. Kegemarannya muncul karena keluarganya punya bisnis katering.
Awalnya, chef pastry ini mencoba memasak dan baru ketika duduk di bangku
SMP, dia mulai belajar baking atau membuat kue.
“Kalau
masak kan misalnya dari ikan nanti keluarnya ikan juga. Kalau baking
tuh yang awalnya dari tepung, telur, yang bentuknya beda banget,
tiba-tiba tuh jadi kue. Baking tuh kayak sulap. Kayaknya seru banget.
Dari situ aku akhirnya lebih ke baking, sampai akhirnya pas aku mau
kuliah aku mutusin buat ambil pastry and baking,” jelas chef Putri saat
wawancara eksklusif dengan Sindonews di bilangan Senayan, Jakarta
(25/3/2015).
Untuk lebih mendalami ilmu memasak kue,
Putri kemudian menjalani pendidikan di SHATEC, Singapura, dengan jurusan
Pastry & Baking. “Dulu pastry and baking paling deket cuma di
Singapura, setelah itu Australia, Amerika, sama Prancis. Pengennya sih
Prancis, cuma aku susah banget belajar bahasa Perancis. Kayaknya sayang
kalau aku nggak nguasain bahasanya, ya sudah deh aku yang deket aja ke
Singapura,” ujar dia.
Selama kuliah, dia telah
dipersiapkan untuk terjun langsung ke industri makanan. Mulai dari
belajar teori, kemampuan dasar, product knowledge, food ingredient,
praktik dan program internship atau magang yang harus dia jalani selama
satu tahun. Meski begitu, Putri merasa apa yang dia pelajari di kampus
masih belum apa-apa ketika dia mulai bekerja di industri. Dia juga
sempat mengalami kecelakan-kecelakaan kecil di dapur, seperti sakit
punggung, terkena gel panas, dan lain sebagainya.
Setelah
lulus dan bekerja sebagai chef di hotel dan restoran di Singapura,
Putri memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Dia sempat membawakan acara
kuliner di salah satu televisi swasta, tapi kemudian kembali mengurus
bisnis keluarganya di bidang event catering. Saat ini ia juga tengah
menjalankan bisnis bernama Tree Food Concept bersama rekan sesama chef,
Arimbi Nimpuno dan Yuda Bustara.
Tak hanya itu, kini
chef Putri bersama sahabatnya, chef Odie Djamil sedang menekuni sebuah
program masak bertajuk Bittersweet yang ditayangkan setiap hari Kamis
pukul 19.00 di Asian Food Channel.
“Dulu aku selalu
nonton Travel dan Living dan AFC. Itu aja yang dipelototin. Aku tuh
mimpi aja dalam hati yang kayak, ya ampun seru banget ya bisa kayak
mereka. Jadinya sekarang udah di sini aku bisa bilang it’s kinda dream
comes true sih gitu jadi aku ampe, pas dikabarin aja tuh seneng banget,”
paparnya seraya tertawa.
Di acara Bittersweet yang
dibawakannya bersama Odie ini, Putri menampilkan konsep yang berbeda.
Dengan menampilkan teknik memasak modern, Molecular Gastronomy, kedua
chef ini menyajikan berbagai menu dessert dengan tampilan yang unik dan
sulit untuk ditemukan.
Ini bukanlah
semangkuk mi rebus dengan sepotong telur di atasnya. Tapi ini adalah
semangkuk puding hasil karya Chef Putri dengan teknik Molecular
Gastronomy. (Foto: Dok. AFC)
Seperti misalnya, pada
suatu episode mereka membuat semangkuk mi rebus dengan telur setengah
matang. Minya sendiri terbuat dari almond pudding yang dicetak memanjang
menyerupai mi. Untuk kuahnya, mereka menggunakan teh earl grey dengan
campuran mango puree. Sedangkan untuk telur rebusnya, mereka menggunakan
mango puree untuk kuning telurnya dan yoghurt untuk putih telur yang
dimasak bersamaan dengan teknik khusus. Yang terakhir, untuk bawang
gorengnya menggunakan kacang almond yang dibuat menjadi praline kemudian
di cincang kasar.
Kreativitas memang dituntut penuh di
acara ini, karena di setiap episode akan ada tema yang berbeda.
Misalnya, di episode lain, mereka membuat sebuah dessert dari lemon
dengan bentuk asli seperti lemon.
Pertama-tama mereka
membuat cetakan dari buah lemon terlebih dahulu dengan menggunakan
gelatine yang kemudian di-coat menggunakan cokelat berwarna kuning yang
sangat tipis. Untuk membuat cetakan lemon cokleat ini dibutuhkan waktu
kurang lebih enam jam.
Kemudian isi lemon ini mereka
buat dari beberapa tekstur, seperti sponge, mousse, dan jelly yang
semuanya memiliki citarasa khas lemon. Uniknya lagi, jika lemon ini
diketuk dengan sendok, dia akan pecah dan isinya akan lumer keluar.
Lemon
ini adalah dessert yang dibuat dengan cokelat berwarna kuning dengan
isian yang punya rasa seperti lemon pada umumnya. (Foto: Dok. AFC)
Putri
menambahkan, tenik memasak ini memiliki keunikan tersendiri karena
mampu merangsang seluruh panca indera di tubuh manusia. “Molecular
gastronomy itu adalah sebuah food science, dimana kita dapat merangsang
semua indra. Membuat pengalaman di indera-indera kita. Mind-nya ikut
bermain. Jadi ini lebih ke pengalamannya,” pungkasnya.
source: http://lifestyle.sindonews.com/read/985196/185/chef-putri-miranti-perkenalkan-molecular-gastronomy-1428148643
Tidak ada komentar:
Posting Komentar